Wamen LH: Tantangan CEO Saat Ini Adalah Menyeimbangkan Economic Growth dengan Sustainability

SIARAN PERS
Nomor: SR.228/HUMAS/KLH-BPLH/9/2025
      

Jakarta, 16 September 2025 – Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, menegaskan bahwa keberlanjutan (sustainability) bukanlah beban bagi dunia usaha, melainkan fondasi masa depan industri. Pesan tersebut ia sampaikan pada acara puncak Environmental and Social Innovation Awards (ENSIA) 2025 yang digelar di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

ENSIA 2025 diselenggarakan oleh PT SUCOFINDO (Persero) bersama IDSurvey dan Danantara Indonesia sebagai ajang tahunan untuk memberikan apresiasi kepada perusahaan dan individu yang menghadirkan inovasi sosial dan lingkungan. Tahun ini, ENSIA menerima 746 karya inovasi, terdiri dari 690 proposal inovasi sosial dan lingkungan serta 56 nominasi local hero dari 178 perusahaan, mayoritas berasal dari sektor energi, migas, dan pertambangan.

CEO ID Survey, Ari Sudono, dalam sambutannya menegaskan bahwa keberlanjutan kini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. “Kami melihat langsung inovasi yang dilakukan, mulai dari pengurangan emisi hingga pengelolaan sampah, yang berdampak nyata. Perusahaan harus cerdas secara bisnis sekaligus bijak secara lingkungan,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, Wamen LH Diaz menyampaikan bahwa tantangan utama para pemimpin bisnis saat ini adalah menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan. “Perusahaan tidak bisa lagi memandang sustainability sebagai beban tambahan. Justru ini syarat utama agar industri bisa bertahan di masa depan. Pertumbuhan tanpa keberlanjutan itu mustahil,” tegasnya.

Diaz juga mengingatkan bahwa dunia menghadapi risiko nyata akibat perubahan iklim. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun dengan suhu rata-rata global tertinggi, dan tren ini berlanjut pada 2025. “Kalau kita terus business as usual, 2050 nanti bisa ada 2.000 pulau di Indonesia yang tenggelam karena kenaikan permukaan laut,” ujarnya.

Untuk merespons hal tersebut, pemerintah telah menetapkan target ambisius dalam RPJMN, yakni 100% sampah terkelola pada 2029, serta penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan upaya sendiri dan hingga 43,2% dengan dukungan internasional pada 2030. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Sektor swasta harus menjadi motor inovasi hijau agar kita bisa mencapai Net Zero Emission 2050,” imbuh Diaz.

Lebih lanjut, Diaz menekankan bahwa inovasi perusahaan dalam teknologi hijau dan manajemen lingkungan harus dipandang sebagai peluang, bukan beban. Ia juga menyoroti pentingnya integrasi aspek keberlanjutan dalam PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang kini diperluas untuk menilai pengelolaan sampah dan emisi. “Industri masa depan adalah industri restoratif. Industri ekstraktif dan destruktif tidak lagi relevan. Inovasi adalah satu-satunya jalan,” katanya.

Direktur Utama PT Sucofindo, Jobi Triananda, menegaskan bahwa ENSIA adalah bukti konsistensi dunia usaha Indonesia dalam menjadikan inovasi sebagai motor pembangunan berkelanjutan. “Jumlah peserta yang terus meningkat menunjukkan kesadaran terhadap lingkungan semakin nyata dan terorganisir,” ujarnya.

Menutup pidatonya, Diaz mengajak dunia usaha untuk memandang keberlanjutan sebagai investasi jangka panjang. “Sustainability bukan jargon kosong. Ini adalah masa depan industri kita. Mari buktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan,” pungkasnya.

Sebagai bagian dari rangkaian acara, Wamen LH Diaz juga menyerahkan penghargaan kategori Best of The Best dan Top 4 Best Participant ENSIA 2025, serta penghargaan Local Hero kepada individu dan komunitas yang berhasil menjadi penggerak perubahan di masyarakat. Hal ini menegaskan bahwa kontribusi keberlanjutan tidak hanya datang dari korporasi besar, tetapi juga dari tokoh lokal dan inisiatif komunitas yang berdampak nyata.

Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil, ENSIA 2025 diharapkan menjadi katalisator percepatan transformasi menuju ekonomi hijau, mendukung pencapaian target NDC 2030 dan visi Indonesia Emas 2045.