Logo

Warga RW 05 Sunter Agung Ubah Limbah Jadi Sumber Pangan dan Pendapatan dalam Kepadatan Pemukiman di Jakarta

28 Juni 2025

Jakarta, 28 Juni 2025 — Di tengah rapatnya pemukiman dan sempitnya ruang hidup ibu kota, warga RW 05 Sunter Agung, Jakarta Utara, membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal sederhana: memilah sampah. Melalui gerakan kolektif berbasis masyarakat, wilayah ini tidak hanya berhasil mengelola sampah rumah tangga secara mandiri, tetapi juga menyulap limbah menjadi sumber pangan, energi, kesehatan, dan pendapatan. Dari gang-gang sempit tumbuh solusi hijau yang kini menjadi sorotan nasional.

Transformasi ini menarik perhatian Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, yang meninjau langsung kawasan tersebut. Menteri Hanif menyaksikan sendiri bagaimana warga membangun ekosistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, dari rumah ke rumah, dengan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang nyata.

“RW 05 Sunter Agung telah menjalankan sejumlah program yang sangat membantu percepatan pengelolaan sampah di Jakarta Utara. Saya berharap praktik baik seperti ini bisa diperluas dan ditingkatkan intensitasnya,” ujar Menteri Hanif.

Salah satu titik unggulan adalah Green House Sunter Muara, ruang hijau yang dibangun dari lahan sempit. Warga menyulap tong bekas menjadi kolam lele, botol plastik menjadi pot sayuran, dan gang sempit menjadi kebun pangan. Di sana tumbuh bayam, ubi, sawi, serta semangat gotong royong dalam urban farming. Seluruh kegiatan terintegrasi dengan program Kampung Iklim (ProKlim).

Limbah dapur warga diolah melalui komposter organik menjadi pupuk yang kembali ke kebun, menciptakan sirkulasi ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan. Inovasi lain yang menjadi andalan adalah Bank Sampah Sunter Muara (BSSM), tempat di mana sampah berubah menjadi alat tukar. Warga bisa menukarkan sampah dengan:

   1. Sedarah – layanan kesehatan gratis (pemeriksaan dan pengobatan),
   2.Bang Jali – token listrik untuk rumah tangga rentan energi,
   3.Sembako – kebutuhan pokok rumah tangga,
   4.ATM-Ku – sistem tabungan berbasis sampah layaknya rekening bank.

“Alhamdulillah, dari program ini saya sudah bisa menabung emas hingga 12 gram,” ujar Tri Lestari, salah satu warga RW 05.

Lebih dari sekadar tempat penukaran, BSSM menjadi pusat edukasi dan pemberdayaan. Di sana, para ibu rumah tangga dan remaja dibina menjadi kader lingkungan yang menyosialisasikan pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah secara langsung kepada warga lainnya.

RW 05 juga berhasil membangun sistem pemilahan yang solid dari rumah tangga. Kader lingkungan secara rutin memberikan edukasi door-to-door. Sampah organik diolah menjadi kompos dan pakan maggot (black soldier fly), sedangkan sampah non-organik disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang.

Gerakan ini menjangkau anak-anak dan remaja. Bersama organisasi internasional Save the Children, RW 05 menggelar kampanye Cerdas Pilah Sampah melalui permainan edukatif, lomba, dan aktivitas sekolah. Tujuannya: menanamkan kesadaran sejak dini bahwa setiap sampah punya dampak pada lingkungan.
Dampaknya terasa luas. Lingkungan menjadi lebih bersih, budaya hidup sehat tumbuh, dan yang terpenting: banyak warga kini memperoleh tambahan penghasilan dari hasil tani, kompos, hingga tabungan bank sampah.

Menteri Hanif menegaskan, model RW 05 Sunter Agung perlu direplikasi ke wilayah lain sebagai bagian dari strategi nasional pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

“Ketika masyarakat diberdayakan, mereka bisa menjadi pelaku utama perubahan. Kita butuh lebih banyak contoh seperti ini di seluruh Indonesia,” tutup Menteri Hanif.

Di tengah padatnya kota dan tantangan urbanisasi, RW 05 Sunter Agung menjadi bukti bahwa dari sampah pun, harapan bisa tumbuh. Dari warga, untuk bumi.

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image