Logo

Dari Lumpur ke Harapan: Warga Makassar Satukan Langkah Bersihkan Kanal dan Pasar

13 Juni 2025

Makassar, 13 Juni 2025. Pagi itu belum sepenuhnya cerah, Kanal Jongaya sudah riuh oleh suara sapu lidi, gemericik air, dan langkah kaki ratusan warga. Mereka berkumpul, mengangkat karung sampah, mencangkul lumpur, dan menyisir kanal yang selama ini penuh endapan limbah. Selain Kanal Jongaya, Pasar Pa’baengbaeng juga sudah dipadati pedagang dan relawan yang bergotong royong membersihkan area pasar dari tumpukan sampah. Aksi ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar dalam bentuk nyata—sebuah aksi cinta lingkungan bertajuk “Kanal dan Pasar Bersih, Kota Sehat, Nyamanngi Hidup ta!”

Kegiatan yang  diprakarsai oleh Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi dan Maluku (Pusdal LH SUMA) dan menjadi wujud nyata kolaborasi lintas sektor. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota Makassar, Lantamal VI, Brimob Polda Sulsel, dan Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang turut bergabung. Tak kalah penting, dukungan datang dari sektor swasta seperti PT Vale Indonesia, PLN, Pertamina, Indofood, Grab, Hotel Novotel, Aryaduta, hingga berbagai komunitas warga dan relawan individu. Beberapa peserta bahkan hadir tanpa undangan, hanya bermodalkan semangat yang mereka lihat dari media sosial.

Aksi difokuskan pada dua lokasi penting yang memiliki beban lingkungan tinggi, yaitu Kanal Jongaya sepanjang 1,18 kilometer dan Pasar Pa’baengbaeng yang berada di wilayah Kecamatan Mamajang dan Tamalate. Kedua titik ini dipilih karena menjadi pusat aktivitas ekonomi harian yang padat dan sering kali terabaikan dalam hal pengelolaan sampah dan sanitasi. Sampah rumah tangga, limbah plastik, dan sisa bahan organik dikumpulkan dan diangkut untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus mencegah penyumbatan aliran air yang berpotensi menimbulkan banjir.

Kepala Pusdal LH SUMA, Azri Rasul, ikut langsung menyapu kanal bersama warga. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar simbolik, melainkan bagian dari gerakan kolektif untuk menjaga bumi, dimulai dari lingkungan terdekat. Menurutnya, menjaga kanal dan pasar tetap bersih bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Jika tidak dilakukan secara konsisten, maka kegiatan seperti ini akan menjadi perayaan sesaat yang cepat terlupakan.

Nilai edukasi sangat terasa dalam aksi ini. Banyak orang tua sengaja membawa anak-anak mereka agar belajar langsung tentang pentingnya merawat lingkungan. Seperti Andi, warga Tamalate, yang datang bersama dua anak remajanya. 

Biasanya kanal penuh sampah dan bau, tapi hari itu tampak berbeda jadi lebih bersih, lebih hidup, dan menghadirkan harapan,” cerita Andi.

Bahkan seorang pedagang sayur di Pasar Pa’baengbaeng menyampaikan bahwa pasar yang bersih akan membuat pembeli lebih nyaman dan menjadikan kota lebih manusiawi.

Dampak dari kegiatan ini sangat luas. Bagi masyarakat, aksi ini membuka ruang partisipasi, memperkuat rasa kepemilikan terhadap lingkungan, serta membentuk kesadaran akan pentingnya sanitasi dan tata kelola sampah. Sementara bagi lingkungan, pembersihan kanal mampu mencegah penyumbatan aliran, menurunkan risiko banjir, serta mengurangi pencemaran air dan bau tidak sedap. Dalam jangka panjang, hal ini akan membantu memulihkan fungsi kanal sebagai bagian dari ekosistem perkotaan yang sehat.

Sebagai tindak lanjut, Pusdal LH SUMA berencana membentuk Forum Peduli Kanal Makassar, sebuah wadah partisipatif untuk merancang aksi berkelanjutan, mengevaluasi permasalahan lingkungan, serta mengembangkan potensi kanal tidak hanya sebagai saluran drainase, tetapi juga sebagai sarana transportasi dan wisata air perkotaan.

Gerakan ini mendukung agenda pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Sebuah visi besar yang harus dimulai dari hal kecil: dari menyapu sampah di kanal, dari menata pasar, dan dari mengubah pola pikir konsumsi serta kebiasaan membuang sampah sembarangan. Kota yang sehat bukanlah hadiah, melainkan hasil kerja keras kolektif seluruh warganya.

Di Makassar pagi itu, tidak ada panggung megah atau pidato panjang. Yang ada hanya suara cangkul, peluh di dahi, dan tumpukan sampah yang perlahan berkurang. Dari tanah basah dan lumpur kanal, harapan tumbuh. Dan seperti aliran air yang terus mengalir, semangat menjaga lingkungan pun tak boleh surut. Karena bumi yang bersih adalah warisan terbaik yang bisa diberikan kepada generasi mendatang.

Penulis: Humas Pusdal Suma

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image