Logo

Indonesia Bangkit sebagai Penggerak Iklim Dunia di COP30 Belém

06 November 2025

Belém, Brasil, 6 November 2025 — Dalam pembukaan United Nations Climate Change Conference (COP30) yang dijuluki sebagai “COP Kebenaran”, Indonesia tampil menegaskan perannya sebagai motor penggerak aksi iklim global.

Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim S. Djojohadikusumo, mewakili Presiden Prabowo Subianto, menyampaikan bahwa “Indonesia datang ke Belém bukan sebagai penonton, tetapi sebagai penggerak. Kami membawa kebijakan, kemitraan, dan target yang terukur untuk memastikan transisi energi yang adil, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi rakyat.”

Indonesia memperkuat arah kebijakan iklimnya dengan Second Nationally Determined Contribution (SNDC) yang menargetkan penurunan emisi sebesar 1,258 GT CO₂e (skenario rendah) dan 1,489 GT CO₂e (skenario tinggi) pada 2035. Langkah itu ditopang dua kebijakan baru:

  • Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan; dan
  • Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq menegaskan, “COP30 menjadi momentum untuk membuktikan bahwa pembangunan hijau bukan hanya mungkin, tapi juga menguntungkan. Indonesia membangun kepemimpinan dari aksi nyata, bukan sekadar janji.”

Sebagai tuan rumah Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dalam pernyataan resmi kenegaraanya menegaskan bahwa ancaman perubahan iklim sudah ada di sekitar kita, sehingga yang diperlukan adalah aksi nyata dari seluruh pihak.

“Tahun 2024 adalah tahun pertama suhu bumi melampaui 1,5 derajat. Ini bukan sekadar angka, tetapi kenyataan. Kita harus memilih antara keberanian atau kehancuran.”

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengingatkan bahwa “Kenaikan suhu 1,5 derajat adalah garis merah bagi umat manusia. Tidak ada yang bisa bernegosiasi dengan hukum fisika, tapi kita masih bisa memilih untuk memimpin.”

Indonesia datang dengan bukti nyata: penurunan deforestasi 75% sejak 2019, restorasi 950.000 hektare lahan dan gambut, serta pengakuan 1,4 juta hektare hutan adat.
Dengan semangat gotong royong dan mutirão (kerja kolektif), Indonesia mengajak dunia beranjak dari negosiasi menuju transformasi nyata demi masa depan yang berkeadilan.

Galeri Foto

Additional image
Additional image